Liu Ching-wei, yang dikenal sebagai “Devours Bacon”, berhasil meraih Penghargaan Red Dot bidang Desain Komunikasi tahun 2014 untuk karyanya yang bertajuk “The Bag”, sebuah set ilustrasi cerita petualangan sebuah tas yang dibuang di jalan. Pada bulan September 2015, “The Bag” kembali dianugerahi Asosiasi Ilustrator Jepang sebagai pemenang Grand Prix bidang ilustrasi, dan menjadikan Liu sebagai desainer pertama asal Taiwan peraih penghargaan bergengsi tersebut.
Selanjutnya Liu kembali berhasil meraih 2 Penghargaan Red Dot bidang Desain Komunikasi, yakni desain pengepakan produk bertajuk “Wild Mullet Catch” di tahun 2015 dan “Tea Fans” untuk tahun 2016, yang disebut sebagai generasi baru kebanggaan Taiwan.
Penghargaan Red Dot bergengsi yang diraih beruntun, membuat banyak komunitas desain bertanya: Berasal dari manakah desainer grafis muda ini? Apakah ia lulusan akademis? Dimanakah ia mengenyam pendidikan?
Talenta Menggambar Sejak Kecil
Jawabannya ternyata sangat berbeda. Liu Ching-wei tidak pernah belajar di sekolah kesenian atau mengikuti kursus kesenian professional, dan kini tengah kuliah di Universitas Asia Departemen Desain Komunikasi Visual pasca sarjana. Liu yang dilahirkan dari keluarga militer di Distrik Zuoying, Kaohsiung, sejak kecil suka menggambar, namun bakatnya tidak diketahui saat itu.
“Saya teringat saat masih kecil, suka menggambar suasana kehidupan di bawah laut pada dinding rumah. Ketika dinding rumah sudah penuh, saya menggambar di dinding tetangga. Saat menggambar saya selalu berkonsentrasi, namun setelah itu selalu dimarahi”, kenang Liu tentang masa kecil yang nakal sambil tersenyum. Dari semua bidang pelajaran di sekolah, hanya guru kelas seni yang memberikan pujian baginya.
Tamat dari SMP, Liu masuk ke Sekolah Persiapan Angkatan Bersenjata Chung Cheng sesuai harapan orang tuanya, namun akhirnya memutuskan berhenti setelah mendengar pesan dari guru kelas seninya.
Saat berada di sekolah kemiliteran, kelas yang paling dinantikan oleh Liu adalah kelas seni yang dibuka 2 kali seminggu. Melukis dapat membantu meringankan beban saat berada dalam sekolah kemiliteran. Satu lukisan boleh diselesaikan dalam satu semester. “Jika waktu penyerahan karya tidak dibatasi, maka saya dapat terus melukis hanya untuk satu lukisan”, tutur Liu.
Karya yang diserahkan pada akhir semester adalah lukisan aliran surealis tentang suasana sebuah perjamuan dengan berbagai bentuk sikap para tamu yang merupakan bentuk perwujudan ragam kehidupan sosial masyarakat. Sang guru terkejut melihat hasil karyanya. Setelah mengamati dengan teliti, gurunya berpaling dan bertanya kepada Liu, “Dengan kemampuan melukis seperti ini, mengapa sekolah di kemiliteran?”
Pendapat gurunya mengena hatinya. Walau sejak kecil selalu menjadi anak penurut, namun baru sekarang ia sadari dirinya adalah penganut liberalisme. Hatinya berpikir, jika kelak ingin menjadi ilustrator maka harus segera mengambil keputusan.
Berhenti Sekolah Karena Sebuah Lukisan
Liu Ching-wei akhirnya memutuskan berhenti dari akademi militer. Tanpa disertai latihan formal bidang ilustrasi, ia harus menyelesaikan jenjang SMA umum terlebih dahulu. Saat registrasi ujian perguruan tinggi, Liu hanya mengisi formulir pendaftaran di departemen bidang desain. Dan akhirnya diterima di Universitas Asia untuk jurusan desain komunikasi visual.
“Saat SMA saya bergabung dalam tim redaksi surat kabar sekolah, sangat menyenangkan walau banyak menghabiskan waktu untuk mempelajarinya”, tutur Liu. Sekalipun tidak memiliki banyak sumber, Liu menemukan banyak cara lain untuk perlahan-lahan terjun ke dunia desain.
Saat di universitas, Liu jatuh cinta pada gaya surealis. Untuk proyek graduasinya, dia menghasilkan sebuah karya animasi yang fokus pada tema pelestarian lingkungan dan daging sapi Amerika Serikat. Dalam proyek inilah, Liu menemukan jati dirinya sendiri.
“Hal yang paling saya pedulikan adalah karyaku berbeda dengan yang lainnya”, jelas Liu yang kerap tinggal selama tujuh atau delapan bulan dalam kampus sekolah untuk menyelesaikan proyeknya. Dia menekuni desain aktual yang didapati dari manca media dan membuat daftar untuk semua topik yang hendak diteliti. Takkala proyeknya berakhir, ketrampilan Liu sudah sangat terlatih dan ia telah mulai menerima pekerjaan desain paruh waktu.
Usai wajib militer, Liu melanjutkan sekolah pasca sarjana di almamaternya dan bekerja paruh waktu dalam berbagai proyek desain, mulai dari desain katalog produk untuk manufaktur perindustrian, fotografi untuk kampanye, publisitas produk gaya pakaian bermerek, hingga merangkap sebagai fotografer. Walau sering dipersulit oleh para klien dan permintaan diskon, namun semua proyek yang diterima selalu diselesaikan dengan baik.
Turun Tangan Langsung Selesaikan Kreativitas
Liu menegaskan, “Sebut saja saya keras kepala. Saya bersikeras untuk menyelesaikan semua ‘image visual’ kreasiku sendiri.” Sikap inilah yang memajukan keterampilan Liu Ching-wei.
Saat berkolaborasi dengan Logan Hsu 2 tahun silam, ia meminjam cerita Hsu tentang sebuah tas kecil dan menggambar ilustrasi untuknya. Ceritanya adalah tentang upaya sebuah tas yang dibuang oleh pemiliknya untuk mencari nilai dan identitasnya sendiri.
Yang membuatnya merasa terkoneksi adalah kisah seluk-beluk perjalanan tas tersebut hampir sama dengan cerita kehidupan Liu sendiri saat memasuki dunia desain grafis.
Untuk melukis dunia tas itu, Liu menghasilkan bermacam-macam ilustrasi – orang, kendaraan, meja dan tas itu sendiri – dengan gaya unik paduan realis dan surealis. Lebih dari 100 ilustrasi digambarnya sendiri, kemudian mengisi warnanya dengan komputer yang mampu menampilkan efek kedalaman dimensi lapangan layaknya dalam dunia perfilman.
Berbeda dengan ilustrasi pada umumnya yang fokus pada subjek utama. Peran tas ditempatkan sekecil mungkin, dan lebih banyak membidik kehidupan objek lain. Jika diamati lebih teliti, maka akan menemukan banyak karakter Tionghoa dengan koneksi Taiwan di dalamnya, seperti nama tempat “Kaohsiung” dan “Neiwan.” Banyak elemen inspirasi seperti ini yang dituangkan dari memori Liu saat masih kecil di Kaohsiung. Foto-foto tua berisi pemandangan Taiwan juga digunakan sebagai sumber inspirasinya.
Orang Taiwan Pertama Setelah 15 tahun
Adalah suatu perasaan frustrasi terhadap karya “The Bag” sendiri, yang membuat Liu mengikuti kompetisi Hadiah Ilustrasi Jepang.
Karena proses kolaborasi tidak berjalan lancar, Liu khawatir jika proyek mungkin akan dihentikan. Untuk mempublikasikan karya yang telah dilakukan dengan jerih payah, dimana terkadang membutuhkan waktu 1 bulan untuk menyelesaikan satu ilustrasi, ia putuskan untuk mengikuti kontes dan tanpa diduga ia berhasil memenangkannya.
Ilustrator ternama seperti Yumiko Komatsu dan Eric Freeberg juga sempat mendapatkan apresiasi dari Hadiah Ilustrasi Jepang. Dewan juri Jepang memuji hasil karyanya yang hanya masih berstatus pelajar, dan menyerukan, “Kehadirannya sangat fantastis.”
Gaya visual surealis ini juga mendapat perhatian dari manufaktur makanan, dan merekrutnya untuk mendesain pengepakan paket “Belanak liar”.
Liu menerima proyek itu dan mulai mempelajari semua terkait ikan belanak atau mullets. Ia memilih hitam sebagai warna dasar kotak, dengan cetakan timbul untuk gambar ikan belanak warna emas. Paduan warna demikian merupakan suatu kiasan pintar yang sesuai dengan kenyataan, dimana ikan belanak berdasarkan kenyataan bahwa ikan belanak juga disebut sebagai “Emas hitam” di Taiwan. Bentuk kotak melambangkan garis kurva ikan, kemudian dibungkus dengan tas jaring ikan, yang diproduksi khusus oleh manufaktur gawang bola basket. Aksara Mandarin dan Inggris juga disusun serasi dengan garis kurva. Kliennya sangat terkesan dengan antusias Liu yang terlihat keluar masuk langsung ke pabrik percetakan demi untuk memperoleh dan memastikan hasil yang diinginkannya.
Setelah “Wild Mullet Catch” meraih Penghargaan Red Dot, Liu memenangkan sembilan hadiah lagi di Belgia, Austria, Swiss, Chicago, New Yoek, Louisville, London dan Italia.
Kreativitas Menuai Pengakuan Internasional
Demi hasil kreasi desain yang bagus, Liu tidak merasa capai untuk mendatangi langsung fasilitas produksi kliennya. Saat mendesain pengepakan untuk Tea Fans, teh berkelas eksklusif dari Taiwan, ia menggunakan gambar Burung Takur Taiwan, Beruang Hitam Formosa dan Katak Pohon Hijau Taipei, yang semuanya merupakan spesies endemik di Taiwan. Sementara untuk desain “Tangga” pada tas untuk teh sendiri dirancang sedemikian rupa sehingga saat diseduh dengan air mendidih, mampu mengeluarkan aroma tehnya. Dan desain ini kembali meraih Penghargaan Red Dot.
Menurut Liu, panitia Red Dot sangat mengapresiasi karya yang mengandung elemen kebudayaan dan menganggap karya tanpa unsur lokal tidak dapat membawa konsep internasional. Prinsip ini sama dengan keyakinannya, yaitu menggunakan elemen Taiwan dalam desainnya.
Liu bergurau bahwa dirinya memiliki jiwa tua, sehingga selalu bersemangat saat ada yang menggunakan proyek desainnya untuk mengenal kebudayaan dan sejarah Taiwan. “Sebenarnya yang paling saya nikmati adalah proses kreasi”, jelas Liu tentang adanya elemen Taiwan dalam setiap lukisan gaya baratnya.
Berhenti sekolah dari akademi militer telah membawa Liu ke kancah internasional. Sedangkan ilustrasi dan desain grafis telah menjadi cara komunikasi sosialnya. Mereka membuktikan makna keberadaanya. Liu mengatakan ia akan terus melukis. Mendapatkan penghargaan adalah suatu kebanggaan, namun masih ada jalan panjang yang harus ditempuh. Ia berharap kreativitasnya dapat terus memperoleh atensi internasional.