Kepercayaan di Anping
Anping menjadi panggung Taiwan di ajang internasional, dengan imigran dari berbagai pelosok dunia yang juga membawa kepercayaan masing-masing. Hsieh Ming-yu menjelaskan, Anping adalah tempat sumber budaya jiaotou, dilafalkan dalam Taiyu “kak-thâu” yang mengacu pada pemukiman, “Yang terpenting dari Budaya Kak-Thâu adalah kami semua memuja dewa yang sama, memiliki lingkaran ritual yang sama.” Seperti KaiZhang Shengwang dan Baosheng Dadi serta lainnya. Ketika ada perselisihan antara “kak-thâu”, maka Kuil Kaitai Tianhou yang bertindak menjadi jalan keadilan.
Alasan mengapa disebut sebagai Kuil Kaitai Tianhou karena Dewi Mazu yang disembah di dalamnya adalah dewi pelindung tentara yang dibawa Koxinga dari Pulau Meizhou pada masa itu.
Hsieh Ming-yu menyarankan, cara yang paling baik berwisata di Anping adalah dengan jalan kaki. Saat ada teman yang datang berkunjung, ia juga mengajak mereka untuk berjalan menerobos gang-gang di jalan tua sekitarnya, dan menceritakan setiap kuil “kak-thâu”. Apabila Anda menengadah ke atas dan melihat dengan seksama, maka dapat melihat Dewa Singa Angin (Fengshiye) di atas langit-lagit rumah penduduk, karena Dewa Singa Angin adalah kepercayaan awal dari penduduk Anping, yang mengarahkan patung Dewa Singa Angin ke timur laut dengan mulut singa terbuka lebar layaknya menelan angin muson timur laut, melindungi nelayan; sementara pada bagian ekor singa terdapat sebuah lubang kecil, sehingga akan terdengar suara siulan setiap kali angin muson timur laut bertiup, seakan-akan memberitahukan penduduk setempat bahwa angin muson timur laut sudah datang dan sudah waktunya untuk menangkap ikan belanak!
Berwisata ke Tainan tentu tidak boleh melewatkan sajian kuliner. Melalui pengaturan yang cermat dan sepenuh hati dari tim drama televisi, “Someday or One Day” menampilkan banyak makanan khas lokal Tainan, seperti Li Zi-wei membeli kue gula putih (pe̍h thn̂g-kué) di depan kuil Miaoshou Anping, dalam lensa terlihat bagaimana menggulung bola adonan tepung ketan, membentuk spiral kemudian menggorengnya dengan minyak, setelah itu menaburkannya dengan bubuk gula dan kacang.
Pe̍h thn̂g-kué yang renyah pada bagian luar dan lembut pada bagian dalam, ketika dimakan seperti moci. Berdasarkan pengamatan makanan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, Hsieh Shih-yuan menggambarkan, “Pe̍h thn̂g-kué adalah sebuah simbol di mana orang rela berkorban demi kelezatan makanan.” Pe̍h thn̂g-kué paling lezat terasa saat selesai digoreng, untuk itu orang-orang bersedia mengantre di gerobak penjual, menanti sampai penjual selesai menggoreng agar dapat langsung dicicipi.
Hidangan lain yang karena “Someday or One Day” menarik penggemar untuk mencicipinya adalah mi telur nabeyaki. Membicarakan keunikan dari mi telur nabeyaki Tainan, Mimiko seorang penulis buku khusus kuliner yang berasal dari Tainan mengungkapkan bahwa ia memiliki standar tersendiri untuk mi telur nabeyaki, harus dimasak dengan menggunakan panci besi kecil, lalu ditaruh di tengah wadah segi empat yang terbuat dari empat potongan kayu, dan disajikan dalam keadaan mendidih.
Hsieh Shih-yuan menyampaikan, “Mi telur nabeyaki Taiwan lezat, untuk kuahnya pun berbeda.” Penjual menggodok kuah kaldu menggunakan bahan-bahan asli dengan sepenuh hati, sehingga dapat merasakan perhatian yang diberikan dari setiap suapan. Sebagai contoh pengambilan gambar drama televisi “Someday or One Day’ di rumah makan Xiangqing Mingpin Wu, pemilik rumah makan menyampaikan, kaldu semua diracik dengan menggunakan bahan-bahan segar sejak pukul 5 dini hari, menggodok ikan bonito, potongan ikan goreng dalam mi adalah ikan segar yang dibeli setiap hari, dipotong dan digoreng dengan minyak. “Ayah ibu saya membuatnya seperti itu, kami masih tetap bersikeras mempertahankan sampai sekarang.” Ujar penjual dengan bangga.
Tentu saja lokasi pengambilan gambar dari drama televisi “Someday or One Day” tidak hanya itu saja, yang lain ada matahari terbit di kawasan Zuozhen – Erliao, Toko Es Longquan di kawasan Madou, juga ada penjual mi belut yang menguji keahlian sang juru masak serta lainnya, jangkauan tanpa batas dari drama televisi telah menarik banyak wisatawan untuk berkunjung. Seperti yang dikatakan Hsieh Shih-yuan, “Tainan adalah tempat yang layak dikunjungi 3 kali dalam setahun,” tempat di mana boleh sering didatangi untuk beristirahat, menjadikannya sebagai kampung halaman kedua. “Pinjamkan saya sedikit waktumu, izinkan saya mendapatkan sedikit kenangan indah yang tak terlupakan” judul salah satu episode drama televisi “Someday or One Day” yang menggemakan pesona Taiwan. Mulailah perjalanan wisata sekarang dan nikmatilah pemandangan Tainan “Someday or One Day”!
Produser musik Hsieh Ming-yu yang dibesarkan di Anping menyampaikan, berjalan menelusuri jalan Anping seperti berjalan menelusuri sejarah, akan membenamkan orang ke dalam suasana tertentu.
Saat bermain ke Anping, jangan lupa untuk mencari dengan cermat Dewa Singa Angin di atap rumah, pedang singa di atas papan nomor, untuk menambah keseruan berwisata.
Kue gula putih (pe̍h thn̂g-kué) di depan kuil Miaoshou Anping lokasi pengambilan gambar “Someday or One Day”, pemilik toko sambil tertawa mengatakan, banyak fans dari Korea yang datang.
Di Tainan, setiap mangkok mi telur nabeyaki mencerminkan kepedulian dan perhatian dari pemilik rumah makan terhadap kuah kaldu dan bahan-bahan yang digunakan, begitu pula dengan rumah makan Xiangqing Mingpin Wu dalam drama televisi “Someday or One Day”.
Lokasi dari “Someday or One Day” memberikan sebuah perspektif lain bagi pariwisata Tainan. Pada gambar terlihat dua pemeran pria sedang menikmati makanan di toko mi dengan dekorasi mural yang khas.
Toko Es Longquan mendapat tempat khusus di hati penduduk setempat, banyak pelanggan yang telah makan di sini sejak dari kecil. (Foto: Lin Min-hsuan)