Suatu pemandangan yang kerap kali terlihat, selembar kertas biasa yang diletakkan di atas meja namun kisah dibaliknya jauh melebihi semua ini. Upaya mengungkapkan segala kemungkinan potensi kertas yang tak terhingga diwujudkan oleh "Suho Paper Memorial Museum" sehingga kreatifitas kertas tak terbatas menjadi ornamen layar panggung indah di atas pentas. Perusahaan Taiwan Lung Meng Technology di wilayah Selatan memproduksi kertas tipis yang terbuat dari batu, semenjak itu definisi kertas tulis terjadi perubahan.
Baru-baru ini, menulis buku secara nyata kembali menjadi tren, tidak terima peran kertas hanya sebagai “figuran” di jaman sekarang ini, Suho Paper Memorial Museum menggelar pameran bertajuk "Atas nama kertas: Kami menulis", memperkenalkan 21 jenis koleksi kertas yang layak digunakan untuk menulis. Diantaranya: wenhuaxuan, fengsuijian, kertas tatakan gelas bir, kertas berserat (kertas dari beras dan batang gandum)..., sebanyak 21 jenis kertas dengan sentuhan yang berbeda, setiap lembar memiliki cerita tersendiri.
Beralas dasar kertas merang (kertas xuan) dipadukan dengan wenhuaxuan berwarna biru muda, menjadi barang antik yang tersimpan rapi selama 30 tahun lamanya sebagai koleksi dari Direktur Eksekutif Suho Memorial Paper Culture Foundation, Rita Lichen(陳瑞惠). Sentuhan halus nan lembut dari wenhuaxuan, berwarna biru langit tak memudar, sama sekali tak tampak tanda-tanda usia kertas tersebut, di bagian atas setiap lembar berpola sangat halus, tersirat kehebatan tangan-tangan trampil dari tenaga ahli pembuat kertas.
"Pola garis di atas kertas merupakan hasil teknik sablon yang dicetak oleh tenaga ahli. Jika ada sedikit kelalaian maka pola garis di pinggir akan menggumpal. Benar-benar sulit sekali!" ujar Rita Lichen. Pada masa tersebut usai memproduksi, Rita Lichen tertarik dengan wenhuaxuan yang memiliki pola garis dan tekstur indah nan unik, secara khusus mengumpulkan setumpuk menjadi barang koleksi Suho Paper Memorial Museum, kini telah tersimpan selama 30 tahun. Memanfaatkan momen pameran maka wenhuaxuan berpeluang untuk ditampilkan, juga mengharapkan agar masyarakat mengenal keindahan wenhuaxuan, agar wenhuaxuan terlahir kembali.
Kertas Dihidupkan Kembali!
Kehidupan manusia tentu tidak lepas dari kertas kini "Kertas dihidupkan kembali!”, isi benak pikiran Rita Lichen, ingin mencari segala kemungkinan potensi kertas yang tiada batasnya. Pada tahun 2005, sanggar seni tari Cloud Gate menampilkan karya seni tari "Wild Cursive" dengan kertas menjadi latar belakang layar, kertas tersebut merupakan hasil produksi khusus dari afiliasi perusahaan manufaktur Chung Rhy dengan Suho Memorial Paper Culture Foundation.
Guna interpretasi tarian "Wild Curvise", pendiri sanggar seni Cloud Gate, Lin Hwai-min menyampaikan maksud kepada Rita Lichen, bahwa ia ingin menampilkan karya yaitu para penari berinteraksi dengan goresan tinta seakan sedang bertutur kata dengan kertas.
Setelah uji coba sebanyak 200 jenis kertas dan mengalami kegagalan, staf penelitian dan pengembangan akhirnya berhasil mengembangkan satu jenis kertas yang memenuhi persyaratan untuk dipakai. Tanpa diduga, saat staf peneliti menuju ke studio sanggar seni Cloud Gate yang terletak di distrik Bali, kota New Taipei untuk melakukan uji coba, ternyata warna tinta di atas kertas begitu cepat teresap dan menyebar, hasilnya tidak seperti yang diharapkan, upaya kerja keras selama 9 tahun sirna, satu-satu jalan adalah memulai dari awal lagi. Melalui 3 kali tes percobaan dari tim penelitian dan pengembangan, akhirnya berhasil memecahkan masalah tinta, ditemukan bahwa kertas tidak mampu menahan panas dari cahaya lampu 1.500 watt yang menyoroti. Inilah sumber permasalahannya dan kini telah terpecahkan. "Kerjasama kali ini memiliki tantangan berkelanjutan yang mengakar kuat untuk mengungkapkan ide-ide pengembangan kertas," ujar Rita Lichen.
Saat kunjungan studi ke Jepang, Rita Lichen menyaksikan pakar pembuat kertas lokal sedang memperbaiki buku-buku usang, hal ini menginspirasi "Visi Suho-mengakar 10 tahun" untuk melakukan analisa dan membangun pabrik PaperHouse (長春棉紙廠) untuk "restorasi kertas super tipis".
Kertas yang dikembangkan secara khusus untuk merestorasi buku usang ini, membutuhkan banyak waktu dan tenaga, ketebalannya seperti sayap jangkrik, semua ini sepenuhnya mengandalkan tenaga ahli yang trampil , dengan seksama menyaring serat yang panjang-pendeknya bervariatif dan segala zat kotoran di dalam bubur kertas. Memasuki tahap pembauran bubur kertas, untuk menghasilkan kertas yang seragam memerlukan kemahiran tertentu. Karena tingkat kerusakan yang terjadi sangat tinggi, maka ukuran maksimal kertas yang diproduksi hanya sebesar 30 x 40 cm.
Tingkat ketebalan kertas yang super tipis yang digunakan untuk memperbaiki buku ini digunakan untuk mempertahankan keasrian buku usang. Sebelumnya Institute of Modern History, Academia Sinica juga sudah pernah menggunakan jenis "kertas restorasi super tipis" untuk memperbaiki buku-buku usang.
Konsep "selembar kertas dwi fungsi", dapat anda temukan di Suho Paper Memorial Museum "kertas serat tipis". Dengan menambahkan kandungan serat dalam pembuatan kertas berserat tipis itu yang semula hanya digunakan untuk komponen konduktif pada produk telepon genggam maupun produk elektronik konsumen. Namun karena bermutu tangguh, Taipei Fine Arts Museum memamerkannya di "Program X-site : The Texture of Uncertainty" memanfaatkan keunggulannya yang tipis dan melambai, memberikan kesan anggun. Selain itu, Seniman Yan Chung-hsien (顏忠賢) saat menyelenggarakan pameran perlengkapan grafiti "Ghost Shop" di Taman Kreatif Huashan 1914 juga menggunakan kertas ini. Karyanya dituangkan di atas kertas berserat tipis, kemudian ditempel di atas sepanjang lorong tembok bangunan kuno Huashan, di balik kertas tembus pandang masih terlihat jelas noda bintik-bintik pada tembok sehingga sangat mudah untuk dirobek tanpa meninggalkan bekas dan tidak merusak bangunan bersejarah itu.
Perspektif Dunia Kertas
Ekspansi kertas yang tiada batas ada kalanya menjadi sumber ide cemerlangnya, kadang inspirasi itu juga muncul ketika membantu memecahkan persoalan yang dihadapi oleh pelanggan.
Salah satu ruangan di Shilin Official Residence yakni kamar tidur mendiang istri Chiang Kai-shek di lantai dua, jika kita tidak mengamatinya dengan seksama maka siapapun tidak dapat menerka motif kertas berbentuk belah ketupat menghiasi dinding, dan ternyata hampir seluruhnya adalah hasil karya restorasi kertas khusus yang diproduksi dari PaperHouse. Waktu itu, instansi penanggung jawab dengan bersusah payah mencari dan tidak menemukan produsen penghasil kertas dinding (wall covering) yang serupa. Sehingga satu-satunya solusi adalah mendatangi Rita Lichen meminta untuk membuat kertas dinding dengan motif yang sama, mengembalikan kesan elegan kediaman ini.
Antusias Rita Lichen melihat perspektif baru pada dunia kertas juga dapat ditemukan di Gedung Teater Nasional Seni Instalasi, arena panggung seni budaya.... Ketika produk elektronik konsumen sedang digandrungi, sebaliknya secara perlahan penggunaan kertas mulai memudar dalam kehidupan manusia, Suho ingin mengambil peluang di mana arus menulis baru-baru ini kembali menjadi tren untuk menemukan kembali kehangatan kertas.
Pada tahun 2004, Suho Paper Memorial Museum merancang pameran "A Piece of Paper in the Flash of Life" mengharapkan lewat kertas-kertas yang ada mampu menyampaikan pikiran dan denyut nadi para penulis.
Rita Lichen mengatakan, pameran ini terinspirasi dari Insiden 11 September (Amerika Serikat). Pada saat itu, serangan teroris telah mengakibatkan banyak korban tewas. Tim penyelamat saat di lapangan menemukan secarik kertas memo yang ditulis oleh seorang ayah kepada putrinya, kertas memo tersebut menjadi kenangan terakhir dari ayahnya. Seorang seniman yang kenal akrab memberitahukan kejadian ini kepada Rita Lichen, kisah yang mengharukan itu menggugah hatinya untuk meluncurkan pameran ini, mengajak masyarakat ikut menuangkan perasaan yang ada di atas secarik kertas. Rita Lichen yang hidupnya dikelilingi oleh kertas-kertas, sejak kecil merasa cara yang hal yang paling menyenangkan adalah bisa mengungkapkan rasa haru lewat secarik kertas.
Hingga saat ini, waktu menulis menjadi begitu berharga, ketika di tangan orang-orang mengenggam sepenggal kata maka mampu merasakan pikiran tiada batas yang tersirat di dalam kertas.
“Sentuhan Midas” baru
Bagi Taiwan Lung Meng Technology berlokasi di Tainan, serat pisang, kulit pohon.... semuanya adalah bahan yang digunakan untuk membuat kertas tradisional, namun keberhasilan “Sentuhan Midas” baru telah merubah batu marmer yang keras menjadi kertas yang tipis dan ringan.
Luas area pabrik Lung Meng lebih dari 3.300 meter persegi, dipenuhi dengan tumpukan gulungan kertas, kertas berwarna putih terang agak keabu-abuan. Memasuki pabrik, tidak lagi berkesan pabrik kertas tradisional yang dipenuhi dengan kumpulan bubur kertas atau kondisi pabrik diliputi dengan uap, melainkan telah tergantikan dengan susunan kantong yang berisi bubuk batu halus yang siapk untuk dicampur dengan termoplastik Polietilena (PE) yang kemudian diproses menjadi kertas. Setiap tahun pabrik Lung Meng menghasilkan lebih dari sepuluh ribu ton kertas yang terbuat dari batu.
Terciptanya produk kertas yang berbuat dari batu, merobohkan ide teknik pembuatan kertas, akan tetapi ini bukan yang pertama kalinya. Sejak awal, sebagian pabrik kertas tradisional demi menambah warna pada kertas sudah mulai memasukkan sedikit bubuk batu, tentu dengan menambah proporsi serbuk batu maka tingkat kesulitan juga semakin meningkat.
Upaya untuk menemukan proporsi perbandingan yang sempurna antara serbuk batu dan termoplastik PE terus menerus menjadi rintangan. Wakil Presiden Taiwan Lung Meng Technology, Leo Jean (簡良坤) mengatakan, ketika proporsi perbandingan tidak tepat maka kertas yang dihasilkan terlihat tidak rata atau retak. Bagi pihak pengusaha yang berniat mengembangkan produk kertas berbahan batu maka perlu melangkahi hambatan teknologi dulu.
Chairman Taiwan Lung Meng Technology, Liang Shi-hui (梁石輝) memiliki latar belakang ahli dalam permesinan produksi bahan karet dan plastik ikut serta dalam pengembangannya. Di tahun yang sama, harga minyak melambung tinggi, sehingga mendorong biaya produksi, oleh karena itu ia memutuskan untuk mengakhiri karirnya di bidang plastik yang dikuasainya lalu pindah ke penelitian dan pengembangan pengolahan kertas bahan batu.
17 tahun kemudian, Taiwan Lung Meng Technology mengembangkan produk kertas terbuat dari batu, diam-diam inovasi baru ini mulai berbaur dalam kehidupan manusia. Restoran Tokiya di bawah naungan grup perusahaan Wowprime dengan kantong kertas ungu tertera tulisan berwarna putih juga merupakan hasil produksi kertas berbahan batu, perusahaan kosmestik internasional M.A.C tertarik dengan kertas berbahan batu, kertas ini difungsikan sebagai kantong. Sementara itu lentera berbentuk shio dari Festival Lentera Taipei yang disukai oleh siapapun itu juga menggunakan bahan kertas yang sama.
Jika dibandingkan dengan harga kertas biasa, harga kertas berbahan batu lebih mahal di atas 30%, namun karena kedap air-anti lembab, tahan api sehingga sangat cocok apabila digunakan untuk di luar ruangan, sebagai contoh: ada produsen di Italia menggunakan kertas berbahan batu untuk membuat peta khusus mendaki gunung. Pemerintah Jepang menggunakan kertas berbahan batu untuk membuat peta penanggulangan bencana. Dalam beberapa tahun terakhir ini, terjadi terobosan keterbatasan teknologi untuk proses pelapisan maupun ukuran ketebalan kertas yang semakin halus, kertas berbahan batu memiliki tekstur halus dan ringan, keunggulan ini menarik pengusaha buku asal Belanda, kemudian mengadopsi kertas ini untuk diolah menjadi buku resep memasak. "Bahkan kondisi tangan masih basah berair dapat membolak-balikkan buku, jika terkena cipratan minyak, juga dapat dengan mudah diusap bersih dengan kain, " ujar Leo Jean.
Untuk mendapatkan kualitas kedap air-anti lembab, dulu pernah mencoba menggunakan kertas berbahan plastik, selain biaya produksi semakin tinggi, juga harga sangat mudah dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak internasional. Dengan memasukan batu dalam pembuatan kertas, tidak hanya menciptakan karakteristik kertas tahan air-anti lembab juga memiliki kualitas lembut dan ringan selayaknya kertas biasa.
Karena pada umumnya konsumen masih asing dengan istilah kertas terbuat dari batu sehingga, Taiwan Lung Meng Technology secara khusus menciptakan merek "im STONE", meluncurkan produk kertas menjadi tatakan gelas kertas yang lucu menarik, sarung kedap air pembungkus pot tanaman kecil dan stiker tempelan dinding. Di tahun ini baru saja meraih anugerah Red Dot Design Award 2016 berkat produk "Rock Book"nya, dari sampul buku hingga setiap halaman buku, semuanya menggunakan kertas berbahan batu. Pola dimensi garis sederhana yang ada di sampul depan, memberikan kesan sentuhan dapat merasakan lekukan yang ada, secara khusus dirancang oleh tim desainer untuk mengukuhkan desain dan kualitas yang terbaik.
Jaman dulu, buku kuno "Shuowen Jiezi" (buku penjelasan grafik, analisis karakter) terdapat radikal karater han bertuliskan「糸」(baca : mi), memberikan penjelasan mengenai sejarah panjang dari proses pembuatan kertas. Hingga saat ini, telah dikembangkan teknologi baru pembuatan kertas berbahan batu, di dalamnya tidak lagi ditemukan serat-serat dan mulai sekarang kisah sejarah panjang cerita pembuatan kertas barangkali harus ditulis ulang.