Membangun Citra Merek Taiwan dari Kumpulan Kebijakan
Di balik prestasi yang luar biasa ini, sebenarnya adalah pencapaian dari ketekunan para penari diabolo yang tak tergoyahkan terus mengejar seni dan keindahan.
Dalam hal ini, yang paling mengerti adalah Kepala Pusat Kebudayaan Kantor Ekonomi dan Kebudayaan Taipei di Filipina Karen Wang yang pernah menemani mereka tampil di Fililpina 17 tahun silam. Liu Le-chun menyampaikan, “Dia mendeskripsikan ‘Tidak sedikit pertumbuhan dari tarian diabolo dibandingkan dengan sepuluhan tahun lalu, melainkan pertumbuhan pesat’ setelah melihat pertunjukan kami.”
Untuk merancang sebuah acara pertunjukkan besar seperti ini, Liu Le-chun menyampaikan bahwa mitra kerja sama sangatlah penting. Dia mengemukakan, tarian diabolo adalah “kreasi kolektif”, setelah sutradara mengusulkan konsep, para personil seni dari masing-masing bidang dalam grup mulai mengumpulkan ide dan mendiskusikannya, mengusulkan ide, dan terakhir pendapat-pendapat diintegrasikan untuk menciptakan penampilan yang dihadirkan di atas panggung.
Cara kerja seperti ini kelihatannya mudah, tetapi sebenarnya tingkat kesulitannya cukup tinggi, dia mengatakan, “Kami terhubung dari manusia dengan manusia secara organik, dengan demikian barulah dapat menciptakan konten-konten dengan mengintegrasikan semua pihak.”
Pengetahuan-pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang tidak dapat dibawa pergi oleh orang lain, selain menghadirkan drama menarik “VALO Bagian Pertama – Amoeba” dan “VALO Bagian Kedua – The Island” kepada para penonton, juga menarik perhatian perusahaan hiburan Kanada Cirque du Soleil, yang sempat mencoba untuk mengajak merger Diabolo Dance Theater beberapa tahun lalu, tetapi Liu Le-chun tidak menerima tawarannya.
“Saya sangat berterima kasih atas apresiasinya, yang pasti ini juga adalah sebuah peluang yang sangat baik, tetapi saya merasa setelah menjadi salah satu anggota darinya, sepertinya tidak dapat mewujudkan tarian diabolo yang saya bayangkan.”
Jadi seperti apa sebenarnya wujud penampilan dari “tarian diabolo?” Akrobatik baru, tarian, atau musik? Terkait pemilahan yang diberikan oleh dunia luar, Liu Le-chun hanya mengatakan, “Tidaklah menjadi masalah bagaimana Anda mendefinisikan, tetapi bagi kami tarian diabolo tidak dibatasi oleh satu jenis pertunjukan tertentu atau sangat menyerupai siapa, kami hanyalah sebuah jiwa yang disebut dengan ‘diabolo’”.
Jiwa ini seperti lambang grup yang bulat memiliki makna “tanpa batas”, mereka tidak menggunakan kerangka bingkai, tidak membatasi model pertunjukan, hanya membawa penonton terbang ke “pulau impian” yang sebenarnya sudah ada di benak hati mereka, mengambil kembali sepasang sayap yang kita telah miliki sejak lahir untuk menjadi Peter Pan terbang ke dalam kebahagiaan. Liu Le-chun mengatakan, “Ini adalah bakat yang dimiliki setiap orang sejak lahir,” terlebih setiap kali mendengar orang tua dan anak-anak yang datang mendiskusikan plot cerita, hatinya menjadi sangat senang, “Karena kami ingin agar setiap orang dapat membuat kisahnya sendiri di teater.”
Mengenai masa depan, Liu Le-chun berharap tarian diabolo dapat menjadi sebuah platform yang terus menampung kreativitas, pengalaman dan teknologi yang lebih banyak lagi, “Karena dari dulu saya sudah mengetahui, saya ingin menciptakan sebuah tempat yang memungkinkan semakin banyak seniman Taiwan dapat bersinar,” demikian tuturnya.
Penari menari dengan semangat, menarikan tarian yang menghadirkan kemakmuran, vitalitas dan kekayaan keragaman laut dunia. (Foto: Cai Huai-qiang, FCCEA)